KABUPATEN BANYUWANGI

Lambang Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Pelabuhan Ketapang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pelabuhan Gilimanuk di Bali.

Baca Selengkapnya......

Wisata Banyuwangi

Banyuwangi memiliki topografi yang lumayan komplit -mulai dari dataran rendah hingga pegunungan- untuk ditanami berbagai tanaman industri. Tidak hanya tanahnya yang subur, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor pariwisata. Selain "segi tiga berlian" Kawah Ijen, Pantai Plengkung, dan Pantai Sukamade, di Banyuwangi terhampar banyak lokasi wisata yang sanggup menjadi “magnet” para pelancong.

Buku "Informasi Pariwisata Nusantara" terbitan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005 menyebutkan di Kota Banyuwangi sendiri terdapat Museum Blambangan, tepat di depan alun-alun di Jalan Sritanjung, yang memamerkan koleksi barang-barang perkakas berusia ratusan tahun yang terbuat dari gerabah atau perunggu serta bermacam kitab kuno.

Bagi wisatawan yang berminat menikmati suasana perkebunan, alternatif pilihan demikian beragam di Banyuwangi. Ada Kebun Kandeng Lembu di Kalibaru, perkebunan di Kecamatan Glenmore, Kaliklatak di lereng Gunung Merapi, Kalibendo dan objek agrowisata di Kaliselogiri.

Perkebunan di Kaliklatak adalah perintis wisata agro di Tanah Air. Terletak di lereng Gunung Merapi, atau 15 km barat kota Banyuwangi, objek wisata perkebunan ini memiliki luas sekitar 100 ha dan dikelola oleh perusahaan swasta. Komoditas utama dari kawasan Kaliklatak antara lain berupa kopi, coklat, karet, cengkeh, dan rempah-rempah.

Hal yang unik dari Banyuwangi adalah terdapatnya tiga taman nasional yang berfungsi aktif sebagai wahana konservasi flora dan fauna, yakni Taman Nasional Alas Purwo(TNAP), Taman Nasional Meru Betiri(TNMB) dan Taman Nasional Baluran.

Taman Nasional Baluran letaknya sangat strategis, berada di tepi jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Mudah dijangkau, baik dari Pulau Bali maupun Surabaya. Ketika menginjakkan kaki di Taman Nasional Baluran, sambutan pertama yang akan menyapa para pengunjung adalah sekawanan monyet berekor panjang yang menghuni kawasan seluas 25 ribu ha itu.

Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40% tipe vegetasi savana mendominasi kawasan taman nasional ini.

Di Padang Rumput Bekol, pengunjung dapat menikmati pemandangan sekelompok banteng dan rusa dengan latar belakang Gunung Baluran (1.247m). Sebagian orang bahkan menyebut Padang Rumput Bekol sebagai miniatur padang rumput Afrika yang sangat terkenal itu.

Objek wisata air mancur juga ada di Banyuwangi. Air mancur alami yang mengucur di dekat pantai terletak di kawasan Pancur yang masih berada di Taman Nasional Alas Purwo sangat tepat untuk berteduh dan bersantai sembari menikmati suara deburan ombak serta melihat binatang liar dari hutan.

Pada Taman Nasional Alas Purwo terdapat beberapa gua yang digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi oleh kalangan supranatural. Gua sakral seperti Gua Istana dan Sendang Srengenge berada sekitar 2 km saja dari Pancur. Sementara tak jauh dari Pancur, terdapat karang hitam (karang mati) yang lebih dikenal dengan sebutan Karang Ireng, lengkap dengan pantai berpasir gotrinya.

Gua-gua lain yang kerap dijadikan tempat bersemedi para lelono, sebutan bagi orang yang bermeditasi di sana, adalah Gua Padepokan dan Gua Putri.

Perjalanan menuju gua-gua itu sangat mengesankan karena wisatawan berjalan di bawah rimbunnya Hutan Alas Purwo, bahkan tak jarang mereka juga terpaksa melintasi sungai kecil serta merangkak di bawah rumpun bambu yang tumbang.

Di Taman Nasional Alas Purwo juga ada sebuah pura peninggalan sejarah, yang hingga kini masih dipakai oleh umat Hindu di Banyuwangi untuk upacara keagamaan Pagerwesi setiap 210 hari sekali.

Memandangi tingkah polah satwa-satwa yang sedang merumput juga bisa dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo. Tepatnya di pos Sadengan, padang penggembalaan seluas 80 ha siap menjadi lokasi banteng, kijang, rusa, babi hutan, dan berbagai jenis burung bersantap pada pagi dan sore hari.

Berjarak 20 km dari Kota Banyuwangi, ada Pulau Tabuhan yang luasnya 5 ha dan memiliki pemandangan taman laut yang indah dengan batu karang yang menjadi rumah bagi ribuan ikan karang, udang, dan tumbuhan laut lainnya.

Di dekat Desa Ketapang, Kecamatan Giri, hamparan pasir putih Pantai Watu Dodol begitu indahnya bahkan pengunjung bisa melihat Pulau Bali yang hanya dipisahkan oleh Selat Bali dari Banyuwangi.


Baca Selengkapnya......

Wisata Pantai Pulau Merah

Di kawasan Wisata Pantai Pancer ini terdapat pula obyek wisata Pulau Merah. Pada waktu air surut pulau ini dapat dijangkau dengan jalan kaki. Bentuk pulau merah ini sangat unik yaitu membulat yang bagian atasnya tumpul dan lerengnya terjal.
Untuk mencapai kawasan wisata ini telah didukung dengan adanya prasarana jalan aspal. Dari kota Banyuwangi telah ada bus regular. Dari Pesanggaran ke lokasi wisata dapat ditempuh dengan ojek atau kendaraan roda empat. Jarak antara Pesanggaran sampai kawasan wisata Pancer ± 15 km. Pantai pulau merah merupakan bagian dari wisata daerah pesanggaran banyuwangi,tempat inilah yang sering di kunjungi oleh wisatawan, karena udaranya sejuk dan banyak pohon jambu yang sangat lebat, sebab itulah pantai pulau merah bisa menjadi sejuk. disana juga sering dibuat acara budaya daerah tahunan seperti petik laut, festiwal musik dll. dan pulau merah merupakan tempat yang pas untuk tempat acara bakar ikan.

Baca Selengkapnya......

WISATA SUKAMADE



Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) terletak di pantai selatan Jawa Timur yaitu masuk dalam dua kabupaten yakni Jember dan ujung timurnya di Banyuwangi dengan luas mencapai 50.000 hektare. Namanya diambil dari gunung tertinggi yang terdapat di dalamnya Gunung (meru) Betiri (1.223 m). Selain dapat melihat lima jenis penyu yang kerap menyambangi pantai ini, di sana juga masih ada harimau Jawa (kabarnya). Selain itu juga bisa disaksikan banteng, macan tutul, kijang, dan berbagai jenis monyet. Dari jenis burung terdapat burung merak, berbagai elang dan rangkong. Selain itu, flora di sini mencakup Rafflesia zollingeriona dan Balanphora fungosa. Pemandangan indah dengan pantai menawan bisa dilakukan di Teluk Hijau. Bagi yang tidak puas dengan petualangan menyaksikan penyu bertelur dapat melakukan kegiatan lain, diantaranya. menjelajah hutan di seputar Bandealit dan Gunung Gendong. Juga bisa panjat tebing dan meniti tali turun tebing di tebing pantai Bandealit.

Kawasan ini dilestarikan dalam bentuk kawasan lindung sejak 1972. Hingga tahun 1979 telur penyu di Sukamade masih diburu oleh para pengumpulnya. Namun, sekarang pengumpulan, pemindahan anakan, dan penangkapan penyu dilarang keras, karena Penyu hijau termasuk satwa yang dilindungi. Menurut laporan penelitian WWF (World Wide Fund for Nature), Penyu hijau yang paling umum bersarang di Sukamade. Dan dari data kadang ada ada beberapa jenis yang absen bertelur selama beberapa tahun, namun kemudian kembali lagi.

Penyu akan menghindar pantai jika saat ia hendak mendarat untuk bertelur terdapat sorotan lampu. Ini sebabnya mengapa ditetapkan jarak yang jauh untuk mendekati pantai Sukamade yaitu dengan cara berjalan kaki. Bagi pemilik mobil jenis sedan, sebaiknya tidak usah melakukan penjelajahan di rimba Meru Betiri hingga Pantai Sukamade, karena setelah masuk pintu pos Meru Betiri, jalan tak lagi beraspal. Bukan lagi jalan makadam, tapi jalan penuh bebatuan runcing. Bahkan, untuk sampai ke Pantai Sukamade, mobil wisatawan akan melewati lima anak sungai yang airnya setinggi lutut orang dewasa, belum lagi kalau musim hujan bisa sampai setinggi mobil jeep.

Medan berat menuju ke lokasi Sukamade bisa dilalaui mobil jeep. Karena penuh petualangan, pemilik jeep sewaan membuka seluruh kap, dan menggantinya dengan atap terpal. Jadilah, wisata ke Teluk Hijau dan Pantai Sukamade sebagai wisata penuh tantangan.
Untuk akses menuju SUKAMADE dapat melalui kota Banyuwangi. Jarak antara Banyuwangi ke Sukamade sekitar 98 kilometer. Atau bisa baca di Cara Pencapaian Lokasi MeruBetiri.


Beberapa objek wisata yang sering di kunjungi antara lain ;

  1. Gunung Sodung ; Turun tebing merupakan kegiatan yang disenangi oleh pencinta Alam. Bukit karang kecil setinggi 100 m yang sering dipakai oleh mereka dalam kegiatan olah raga petualangan itu, disebut Gunung Sodung. Di Puncak bukitnya terdapat menara yang dimanfaatkan untuk mengamati pemandangan disekelilingnya.
  2. Goa Jepang ; Goa Jepang ini terletak di ketinggian 200 m. Didepan goa terdapat tumpukan batu yang merupakan benteng perlindungan tentara Jepang bila ada perlawanan dari musuh yang akan berlabuh di pantai Bandealit.
  3. Muara Timur ; kegiatan yang dapat dilakukan di muara timur seperti berkano menelusuri muara, berenang, belajar selancar angin, dan belajar berlayar.
  4. Teluk Meru ; Teluk Meru dapat dicapai dari Bandealit. Ditempat ini wisatawan dapat mengamati burung, memancing dan melihat sunset. Pemandangan pantai yang indah menjadi andalan lokasi ini dan kondisi alamnya yang belum tercemar menciptakan pemandangan mempesona. yang menarik. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung antara lain : berkemah, memancing, berjemur, dan berenang.
  5. Agrowisata ; Di dalam kawasan taman nasional terdapat perkebunan PT. Bandealit yang diantaranya menanam tanaman hortikultura seperti sirsak, durian, jeruk, rambutan. Komoditi ini dapat dijadikan obyek wisata-agro yang sangat menarik.

Rajegwesi ; Rajegwesi merupakan pintu gerbang masuk kawasan Taman Nasional Meru Betiri di Bagian Timur (Kabupaten Banyuwangi). Pantai Rajegwesi merupakan objek wisata pertama yang dapat dijumpai. Pantai yang berombak relatif kecil jika dibandingkan dengan pantai selatan lainnya ini, dipergunakan masyarakat sekitar kawasan untuk tempat pelabuhan kapal-kapal nelayan penangkap ikan dan sekaligus sebagai tempat pelelangan ikan.

Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dipantai ini seperti memancing, berenang, berperahu, menyaksikan nelayan tradisional mancari ikan dan menjualnya pada tengkulak di Tempat Pelelangan ikan.

Fasilitas yang ada di pantai rajegwesi adalah Pos tiket masuk kawasan dan Informasiton centre.

Teluk Damai dan Teluk Hijau ; Sesuai dengan namanya air laut disini tidak berwarna biru seperti layaknya air laut tetapi berwarna hijau. Aktivitas yang dapat dilakukan di Teluk Hijau diantaranya yaitu berenang, memancing, dan menikmati keindahan pasir putih. Di dekat lokasi ini terapat Goa Jepang dan didepan Goa disediakan tempat parkir kendaraan .

Di sekitar Teluk Hijau dapat dijumpai pohon Aren. Buahnya bulat beruntai (bergerombol) dan dikenal dengan nama kolang-kaling. Ijuknya biasa dipakai untuk bahan pembuat sapu dan sikat lantai.

Pantai Sukamade ; Pantai Sukamade merupakan salah satu obyek wisata yang terdapat di zona pemanfaatan intensif taman nasional. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengamatan penyu bertelur, pelepasan tukik, pengamatan burung, pengamatan rafflesia, dan berkemah.

Penyu yang biasa mendarat dan bertelur di pantai Sukamade ada 4 jenis dari 6 jenis penyu yang ada di Indonesia, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Slengkrah (Lepidochelys olivaceae), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae). Diantara penyu-penyu tersebut yang paling sering mendarat adalah penyu hijau.

Fasilitas yang terdapat di lokasi ini antara lain: Pondok Wisata, Camping Ground yang dilengkapi dengan pendopo untuk ruang pertemuan, Shelter, jalan trail wisata, information centre, laboratorium dan pondok kerja.

Obyek wisata lain yang ada di pantai sukamade adalah Hutan mangrove yang terletak di muara timur pantai Sukamade. Sungainya dapat dipakai untuk berkano sambil melakukan pengamatan burung. Burung-burung tersebut diantaranya burung Roko-Roko, Elang laut, Dara Laut dan masih banyak lagi burung burung yang dapat diamati. Pengamatan burung tersebut biasanya dilakukan sambil menunggu matahari terbenam.

Teluk Permisan ; Sukamade-Permisan merupakan jalur traking yang dapat ditempuh dalam waktu 4-5 jam. Berjalan kaki di jalan setapak ini dapat dilakukan sambil menikmati keindahan flora dan fauna yang terdapat disepanjang jalan. Pantai Permisan merupakan tempat istirahat para Pencinta Alam yang melakukan kegiatan Traking/ Lintas Meru Betiri dari Jember (Bandealit) Ke Banyuwangi (Pantai Sukamade). Aktifitas yang dilakukan : berkemah, memancing, dan pengamatan burung.

Demplot Agroforestry (7 Ha); Desa Andongrejo dan Curahnongko merupakan desa-desa yang berbatasan dengan kawasan TN Meru Betiri. Di dua desa ini terdapat kelompok TOGA yang mengolah tumbuhan obat menjadi produk jamu tradisional. Pemasaran produk jamu ini sudah merambah ke luar Jember. Di Desa Andongrejo (zona rehabilitasi) terdapat demplot agroforestry seluas 7 Ha dengan tanaman pakem, kedawung, kemiri, trembesi dan lain-lain. Demplot tersebut dibangun oleh kelompok binaan Konsorsium FAHUTAN IPB-LATIN.

Habitat Rafflesia ; Di tengah perjalanan dari pintu gerbang Andongrejo ke Bandealit terdapat habitat rafflesia (Rafflesia zolingeriana Kds.), tepatnya di Blok Krecek sekitar 8 km dari Pos Andongrejo. Lokasi ini mudah dicapai karena terletak di tepi jalan. Di lokasi ini pada waktu tertentu dapat dilakukan pengamatan proses mekarnya bunga rafflesia. Umumnya bunga rafflesia mekar sepanjang tahun dengan masa mekar selama 7 hari

Jungle track/ Tran Bandealit - Sukamade ;

Trans Bandealit-Sukamade merupakan track favorit kelompok pecinta alam untuk menjelajahi hutan hujan tropis dataran rendah. Panjang track kurang lebih 18 km dan biasa di tempuh berjalan kaki selama 3 hari dengan rute Bandealit - meru- permisan dan sukamade.

Peluang usaha yang dapat dikembangkan oleh masyarakat antara lain : pemandu wisata, kerajinan (souvenir), jasa wisata lainnya, usaha perdagangan, penyewaan sarana wisata bahari, penginapan, camping ground, cafetaria, dan lain-lain.

Cara mencapai lokasi

Menuju kawasan Taman Nasional Meru Betiri i dapat dicapai melalui 4 jalur jalan darat baik dari Jember maupun dari Banyuwangi yaitu :

  1. Jalur Jember-Ambulu-Curahnongko-Bandealit (Pintu Gerbang ke Meru Betiri bagian Barat) sepanjang 64 km dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5-2 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
  2. Jalur Jember-Glenmor-Sarongan-Sukamade (Pintu Gerbang ke Meru Betiri bagian Timur) sepanjang 103 km dapat ditempuh dalam waktu 3,5-4 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
  3. Jalur Jember-Genteng-Jajag-Pesanggaran-Saro-ngan-Sukamade se-panjang 109 km dapat ditempuh dalam waktu 3,5 - 4 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
  4. Jalur Banyuwangi-Jajag-Pesanggaran-Sarongan-Sukamade sepanjang 137 Km dapat ditempuh dalam waktu 5 jam dengan kendaraan bermotor.

Baca Selengkapnya......

Sejarah Banyuwangi

Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan jawa bagian timur (termasuk blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaanya sampai pada akhir abad 17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai komplek Inggrisan adalah tempat dimana pemerintah inggris mendirikan kantor dagangnya.

VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaanya atas Blambangan pada akhir abad 17. Hal ini menyulit perang besar selama 5 tahun (1767-1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Namun pada akhirnya VOC lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya kerajaan Blambangan.

Musik khas Banyuwangi

Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.

Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama.

Kemudian terdapat "kendhang" yang jumlahnya bisa satu atau dua. Kendhang yang dipakai di Banyuwangi hampir serupa dengan kendhang yang dipakai dalam gamelan Sunda maupun Bali. Fungsinya adalah menjadi komando dalam musik, dan sekaligus memberi efek musical di semua sisi.

Alat berikutnya adalah "kethuk". Terbuat dari besi, berjumlah dua buah dan dibuat berbeda ukuran sesuai dengan larasannya. "Kethuk estri" (feminine) adalah yang besar, atau dalam gamelan Jawa disebut Slendro. Sedangkan "kethuk jaler" (maskulin) dilaras lebih tinggi satu kempyung (kwint). Fungsi kethuk disini bukan sekedar sebagai instrumen ‘penguat atau penjaga irama’ seperti halnya pada gamelan Jawa, namun tergabung dengan kluncing untuk mengikuti pola tabuhan kendang.

Sedangkan "kempul" atau gong, dalam gamelan Banyuwangi (khususnya Gandrung) hanya terdiri dari satu instrumen gong besi. Kadang juga diselingi dengan "saron bali" dan "angklung".

Selain Gamelan untuk Gandrung ini, gamelan yang dipakai untuk pertunjukan Angklung Caruk agar berbeda dengan Gandrung, karena ada tambahan angklung bambu yang dilaras sesuai tinggi nadanya. Untuk patrol, semua alat musiknya terbuat dari bambu. Bahkan untuk pertunjukan Janger, digunakan gamelan Bali, dan Rengganis gamelan Jawa lengkap. Sedang khusus kesenian Hadrah Kunthulan, digunakan rebana, beduk, kendhang, biola dan kadang bonang (atau dalam gamelan Bali disebut Reong).

Modernisasipun tidak terelakkan dalam seni musik Banyuwangi, muncul berbagai varian musik yang merupakan paduan tradisional dan modern, seperti Kunthulan Kreasi, Gandrung Kreasi, Kendhang Kempul Kreasi dan Janger Campursari yang memasukkan unsure elekton kedalam musiknya, dan menjadi kesenian popular di kalangan masyarakat. Namun demikian, sebagian pakar kebudayaan mengkhawatirkan seni kreasi ini akan menggeser kesenian klasik yang sudah berkembang selama berratus-ratus tahun.

Kesenian tradisional Banyuwangi

Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain :

Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

Pesan Dan Kesan


Free chat widget @ ShoutMix
 
Trik-Tips Blog